Halaman

Jumat, 31 Mei 2013

Tanah Toraja

Kabupaten Tana Toraja adalah kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, dengan bupati Bernama Theofilus Allorerung. Ibu kota kabupaten ini adalah Makale. Sebelum pemekaran, kabupaten ini memiliki luas wilayah 3.203 km² dan berpenduduk sebanyak 221 .081 jiwa (2010).

Suku Toraja yang mendiami daerah pegunungan dan mempertahankan gaya hidup yang khas dan masih menunjukkan gaya hidup Austronesia yang asli dan mirip dengan budaya Nias. Daerah ini merupakan salah satu obyek wisata di Sulawesi Selatan.

Beberapa destinasi menarik di tanah toraja:

1. Buntu Pune
 




 Di Buntu Pune ada deretan Tongkonan (rumah adat Toraja) dengan bentuk menarik. Tongkonan di Buntu Pune total ada delapan buah yang terdiri dari dua Tongkonan induk dan enam Tongkonan yang mejadi lumbung padi. Buntu Pune ini dikelilingi oleh rerimbunan pohon yang tinggi-tinggi. Suasananya sejuk, tapi juga sepi. Hanya ada beberapa rumah warga yang ada di sekitar Buntu Pune

Selain Tongkonan, di Buntu Pune terdapat kuburan batu. Letaknya agak di ujung dengan jalan setapak dan berada di antara rerimbunan pohon. Meskipun masih pagi, tapi suasana di kuburan batu cukup mencekamdengan pohon-pohon yang ada disekeliling kuburan yang sangat tinggi dan rimbun. Kenapa disebut kuburan batu? Mungkin karena tempat penguburannya berada di dinding bebatuan tebing. Pada dinding tebing terdapat peti-peti mayat yang digantungkan dengan aneka bentuk. Ada bentuk kepala babi, kepala kerbau, dan bentuk perahu. Sementara di bagian bawah tidak sedikit juga peti mayat disana. Ada peti yang masih bagus, tapi tidak sedikit pula yang sudah rapuh. Yang lebih mengerikan lagi banyak terdapat tengkorak maupun tulang-tulang berserakan.

2. Ke’te’ Kesu'

Salah satu objek wisata yang harus dan wajib dikunjungi saat berada di Tana Toraja adalah Ke’te’ Kesu'. Namanya agak ribet ya? Ke’te’ Kesu’ ini menggambarkan Toraja yang sering kali terlihat baik di televisi maupun gambar-gambar iklan pariwisata. Tidak susah sebenarnya untuk menemukan Ke’te’ Kesu’. Jika Anda sudah berada di persimpangan Karassik dimana terdapat patung kerbau putih, ambillah jalan yang ke kiri. Ke’te’ Kesu’ searah dengan Buntu Pune. Hanya saja jarak dari Buntu Pune masih cukup jauh. Mungkin sekitar 4-5 km lagi. Tidak usah ragu meskipun jalan terlihat nggak begitu ramai. Berjalanlah terus sampai Anda menemuka Ke’te’ Kesu’.
Terdapat beberapa toko souvenir yang akan menyambut kedatangan wisatawan yang datang ke Ke’te’ Kesu’. Jumlahnya memang nggak banyak, tapi souvenir yang dijual relative lengkap kok. Pagi hari seperti ini Ke’te’ Kesu’ belum ramai. Turis yang datang masih bisa dihitung dengan jari. Tapi lumayan lah dibandingkan dengan Buntu Pune yang saya kunjungi sebelumnya. Pada dasarnya, Ke’te’ Kesu’ mirip dengan Buntu Pune. Ada deretan Tongkonan yang jumlahnya delapan berjejer dengan cantik. Ya inilah yang menggambarkan Toraja dalam benak saya. Tempat ini benar-benar mencerminkan Toraja yang sesungguhnya. Dibandingkan dengan Buntu Pune tentu Ke’te’ Kesu’ jauh lebih maju dan berkembang. Anda bisa dengan mudah menemukan turis yang datang kesini.

3. Londa


Londa adalah kuburan alam dari masa lampau yang diperuntukkan bagi kaum bangsawan dengan dua buah gua besar yang bisa dimasuki oleh pengunjung berisi peti mati dan tengkorak manusia. Dahulu kala Londa yang berada kawasan bukit Patabang Bunga ini adalah titik pertahanan bangsawan Toraja dari serangan Kerajaan Bone, sehingga untuk mengantisipasi serangan dibangunlah sebuah benteng pertahanan di punggung bukit yang dikenal dengan Benteng Tarangenge.
Yang membedakan adalah patung atau tau-tau yang ada di Londa dibuat dengan ukuran sesuai aslinya dan didandani layaknya yang bersangkutan semasa hidupnya. Patung-patung ini ditempatkan dalam satu “ruang semacam beranda” besar di sisi atas mulut gua seakan penyambut tamu setiap kunjungan. Tidak semua yang meninggal memiliki patung, hanya golongan bangsawan yang prosesi pemakamannya diadakan dengan upacara adat tertinggi yang berhak dibuatkan patung tersebut.
Di bagian luar gua pengunjung akan menjumpai beberapa peti mati model kuno yang tergantung ataupun diletakkan begitu saja di atas tanah. Peti mati ini disebut erong dengan 3 (tiga) bentuk masing-masing rumah adat (=keturunan bangsawan), kerbau (= pria) dan babi (= wanita). Peletakan peti-peti ini mengikuti strata sosial dari yang meninggal. Semakin tinggi status sosialnya, semakin tinggi pula letak erong-nya.

4.Batu lemo 


Tempat pekuburan atau persemayaman jenazah berbentuk lubang-lubang pada dinding cadas. Tempat ini merupakan hasil kreasi manusia Toraja yang luar biasa. Bagaimana tidak, persemayaman yang telah ada sejak abad ke-16 itu dibuat
dengan cara memahat. Saat itu, tentu dengan peralatan yang sangat sederhana. Lemo terletak di desa (lembang) Lemo. Sekitar 12 kilometer sebelah selatan Rantepao atau enam kilometer sebelah utara Makale.


5.Kuburan bayi kambira

Di Kambira masih di wilayah Tana Toraja ada kuburan bayi, berupa pohon besar yang dilubangi, jenazah si bayi setelah dibalsem dan dibungkus , lalu dimasukkan ke dalamnya dan lobang ditutup dengan anyaman ijuk.

6. Bori
 
Di Bori, obyek wisata utamanya adalah rante yang merupakan tempat upacara pemakaman secara adat yang dilengkapi dengan batu menhir atau megalit. Dalam bahasa Toraja batu menhir ini disebut simbuang batu. Jumlah total batu menhir di sini sebanyak 102, terdiri dari 24 buah berukuran besar, 24  sedang dan 54 berukuran kecil. Besar kecilnya ukuran batu menhir ini tidak menjadi masalah karena secara adat mereka memiliki nilai kepercayaan dan prestise yang sama.
Setiap simbuang batu dibuat saat upacara penguburan tingkat tertentu dilaksanakan bagi seorang pemuka masyarakat. Tidak sembarang upacara bisa dibuatkan sebuah batu menhir. Hanya mereka yang memenuhi tingkat Rapasan Sapurandanan yang bisa dibuatkan menhir tersebut, yaitu jika pada upacara penguburannya dipotong paling tidak 24 ekor kerbau.
Yang menjadi keunikan menhir di Bori, bukan hanya terletak pada jumlah kerbau yang dipersembahkan pada saat upacara penguburan. Tradisi yang melekat erat sejak ratusan tahun dalam bentuk pembuatan menhir, menjadikan bori bisa dipandang sebagai obyek wisata kuno.

7. Batutumonga

 
 
“Jika ingin menikmati keindahan Tana Toraja dari ketinggian, pergilah ke Batutumonga”. Demikian pesan seorang kawan kepadaku ketika tahu aku akan ke Toraja. Karena itu, dari Lokomata, yang terletak di lereng Gunung Sesean, beranjaklah aku dan beberapa teman, dengan mobil, mendaki sampai ke Batutumonga.
Di sepanjang jalan berliku dan mendaki, pemandangan cantik menjadi suguhan mempesona.
Batutumonga sendiri terletak di lereng Gunung Sesean yang merupakan gunung tertinggi di Toraja. Letaknya sekitar 2 km dari Lokomata. Tempat ini selain terkenal karena keindahan alamnya, juga memiliki udara sejuk. Tidaklah heran jika Batutumonga menjadi semacam Puncak bagi orang-orang Toraja.

8. Makula

 
Makula’ terletak ± 12 km dari Makale di Kecamatan Sangalla’ Selatan. Ada mata air panas dengan kolam untuk berendam. Menurut kepercayaan masyarakat, airnya bisa menyembuhkan penyakit kulit. Juga tersedia kamar-kamar untuk bermalam.

9. Suaya

 
Suaya, adalah komplek pemakaman bangsawan dari sangalla, yaitu yang berasal dari tongkonan Kaero.
Di sini ada liang batu, yaitu kuburan yang dipahat pada tebing batu di ketinggian. Ada juga erong atau liang kayu, peti jenasah bangsawan toraja yang banyak dipakai sebelum toraja mengenal pahat dari logam untuk memahat liang di batu/tebing.

Di suaya juga terdapat makan H. Puang Lai Rinding.

Sayang sekali, kompleks ini tidak lagi terawat. Rumah kaca yang dibangun untuk melindungi erong2 dari pelapukan malah menjadi sarang lumut dan mempercepat kerusakan.